Senin, 28 Juli 2014

"THE BEST DAMN THING" BAB 1





( Sedikit Sinopsis )
Dua manusia kembar dnegan perbedaan-perbedaan telak itu hidup berdampingan hingga dewasa. Namun perbedaan itu membuat keduanya tak selamanya sama dalam mendapatkan apa yang mereka mau. Terutama jalinan kisah asmara. Untuk manusia sempurna dengan satu jiwa pun kadang masih menemukan kerikil kerikil tajam dalam menjalani suatu hubungan. Lalu bagaimana dengan dua manusia yang seakan-akan berada dalam satu jiwa itu? Ketika salah satu diantaranya mendapatkan cinta sejatinya, lalu satu yang lain merasa tersakiti. Hingga seorang yang di sebut sebut sebagai cinta sejati itu harus memilih salah satu yang menurutnya lebih butuh dirinya, lebih butuh untuk dijaga dalam segala kekurangannya, walaupun sampai mengorbankan kasih yang sejatinya telah tertanam lebih dulu. Lalu bagaimana alurnya jika hati lain yang tersakiti itu justru mendapatkan kekurangan hidup yang lebih lebih parah dari seseorang yang telah ia sandingi tanpa kasih? Apakah yang cinta sejati itu akan kembali ke pelukan itu? Ataukah hanya pasrah dengan takdir yang akan membawanya pergi?

I (SATU)

                Tiiiit ... Tiiit ... Tiiit ...
                Suara klakson mobil berdengung keras. Sangat keras dan beruntun bahkan suara ledakan bom pun tak kalah kerasnya. Maka tak heran jika kii kedua manusia yang sedang berdiri di depan pintu terlonjak kaget dan menatap ke asal suara.
                Sedan putih bertengger di depan rumah dengan anggunnya. Suara mesin terdengar menyala. Deruan klakson tak hentinya beruntun. Namun pengemudinya tak juga mau menampakkan wajahnya dan memberitahu apa maunya. Ia hanya duduk sambil merutuk kesal.
                Di depan sana, tak jauh dari rutukan tak jelas dari sang pengemudi mobil, seorang wanita sayu dengan wajah keibuannya melebarkan pandangan. Bibir mungil berlipstick tebal itu mulai menyeruakan suara.
                “William, ngapain tai tit tat tit dsitu?” teriaknya perlahan. Mata tajamnya tetap menatap seonggok besi beroda empat itu hingga kaca kemudi turun. Pemuda tampan dengan seribu rutukan diwajahnya pun menoleh.
                “Mama gak liat ini udah jam berapa? Kalo stefan berdiri terus disitu kapan berangkatnya? Gak lucu kalo mahasiswa magang itu datang telat.” Sembur pemuda yang bernama lengkap William Surya Hadiansyah. Salah satu malaikat kecil yang terblang lebih tua dari kedua malaikat kembar milik pasangan Widia Surya dan Seno Hadiansyah. Sosok pemuda yang kerap di sapa William ini lebih condong pada sosok romantika ayahnya. Namun bukan berarti ia jauh dengan sang mama. Hanya saja ia terlihat malas berdekatan dengan sosok wanita yang ternyata lebih sayang dan dekat dengan saudara kembarnya sendiri. Stefan Surya Hadiansyah !!!
                Yah... dan seperti inilah sosok seorang Stefan Surya Hadiansyah. Seonggok daging berbentuk manusia yang mirip sekali dengan william, namun jika dilihat lebih teliti lagi, Stefan, begitu nama panggilannya, terlihat mempunyai air muka lebih sendu dan calm. Sorot matanya sayu, tak setajam William. Setiap ungkapan dan kata-ata yang keluar dari bibir tipisnya begitu halus, tak semacam william yang lebih suka marah-marah hingga membentak. Begitu juga dnegan tingkah lakunya. Keduanya hampir memliki sikap yang bertolak belakang. Harus diketahui, hal itu karena kedua manusia kembar memang tak selamanya sama. Bahkan perbedaan telak pun terjadi pada diri mereka, yaitu tentang penyakit !!!
                Widia bersuara kembali, “Iya, mama tahu. Tapi kamu gak harus bunyiin klakson sekeras itu. Nanti kalau Stefan sampai kaget gimana?”
                Untuk sekarang, coba perhatikan ekspresi William. Kedua bibirnya mengatup sempurna dnegan lipatan-lipatan keras diwajahnya. Rahangnya mengeras menunjukkan ekspresi kemarahan yang ditahannya kuat-kuat.
                “Ahh... pokoknya aku gak mau tahu, kalo Stefan emang mau kesekolah bareng aku, cepetan sini !!! jangan lama-lama ngobrolnya.” Jurus William pun meluncur.
                Stefan kini beraksi. Ia tersneyum tipis memperhatikan mamanya yang sedang menghembuskan nafas panjang. Ia bisa merasakan betapa lucunya wajah mereka berdua ketika sedang berdebat. Anak dan ibu yang romantis.
                “Ya udah ma, Stefan bernagkat dulu ya...” katanya manis. Uluran tangannya dijabat oleh mama, selesai mencium punggung tangan halus itu, stefan berlari kecil menuju mobil yang naga-naganya sudah tak betah untuk cepat-cepat lari.
                Widia melambaikan tangan menghantarkan kepergian sedan putih yang kini telah menyosor mulut gerbang dan membelah jalan raya.
                Sambil tetap merutuk, william menatap pemuda yang diakuinya sebagai pantulan cermin atas wajahnya sendiri. Memang kedua wajah itu sangat mirip. Tak ada yang bisa membedakan kecuali hairstyle mereka yang memang agak beda. Stefan nyaman dengan potongan rambut berponi ala hairflipnya Justin Bieber, sedang william berambut cepak dengan pinggiran tipis ala sekarang.
                “Loe ngapaian ngeliatin gue kayak gitu?”
                Tukasan Stefan berhasil mengalihkan pandnagan William kejalanan yang mulai macet. “Loe tumben gak merem?” jawab William sekenanya. Rasa-rasanya memang hal itu yang patut dipertanyakan setelah bertahun-tahun ia selalu melihat stefan memejamkan mata saat mengendarai mobil yang ia kemudikan.
                “Emang harus?” stefan balik bertanya. Bibir tipisnya mengembang membentuk seringai kecil.
                “Ya enggak. Tapi kan biasanya gitu. Loe merem karena takut gue bawa mobilnya kaya pembalap kelas F1.”
                “Soalnya gue sekarang mau belajar gimana rasanya berada di tengah-tengah jalan raya.”
                “Emang mau ngapain?”
                “Gue mau minta dibeliin mobil.”
                “Ha?” william terkesiap. Ini sungguhan? Baru kali ini ia mendengar stefan minta di belikan mobil. Gak salah? “trus yang nyetir?”
                “Gue.” Stefan menunjuk dirinya dnegan bangga.
                “Gak mungkin lah!” william tersenyum sesinis mungkin.
                “Kenapa?”
                “Mama gak mungkin ngizinin kamu nyetir mobil sendiri. Lagian dokter juga nyaranin kalo loe gak usah bawa mobil sendiri. Itu bahaya tauk!!!”
                “Terus seumur hidup gue harus bergantung sama loe? Nysahin loe?”
                Perkataan tajam itu ditangkap oleh william sebagai ekspresi kemarahan dari stefan. William menghembuskan nafas panjang. Tak menjawab, namun ia terus berfikir. Apa kelakuannya selama ini memang sudah keterlauan? Sampai-sampai stefan yang polos dapat berkata seprti itu? Memang, selama ini william selalu protes jika stefan akan ikut dengannya ketika hendak ke sekolah music tempat ia belajar. Lalu ketika ia tak ada jadwal kuliah dan mama mengharuskannya untuk mengantarkan stefan, keluahannya pun lebih dahsyat lagi. Mungkin stefan capek mendnegar keluhan-keluhan itu.
                Lama berfikir, ternyata mereka telah sampai di depan sekolah Stefan. “Turun Gih. Gak usah minta yang macem-macem. Latihan yang bener biar bisa jadi pianis hebat.” William mencoba menenangkan.
                Stefan tersnenyum, lalu turun. Disamping mobil, ia sedikit membungkuk untuk menatap wajah kakaknya dari kaca jendela.
                “Ya udah. Cepetan ke Rumah Sakit. Latihan yang beenr biar jadi dokter hebat.”
                Keduanya tertawa, sesaat selanjutnya william melajukan mobilnya kembali.
                Stefan masih berdiri di tempatnya. Ia berbalik. Ditatapnya bangunan kuno itu. Di bawah atap yang tak terlalu tinggi terdapat tulisan besar-besar “Savva Musical School” yah.. dibalik gedung berukuran 100x100 meter itu ia mencurhkan sekaligus mengasah hobinya. Disana ia belajar bermain piano, biola, sampai melukis. Mamanya, sengaja memasukkannya ke sekolah music tersebut karena selain penyakit yang disandangnya tidak memungkinkannya untuk terlalu lelah, ternyata stefan memang mempunyai bakat berpiano sejak kecil. Telah banyak konser-onser yang ia datangi dan tak sedikit pula pujian-pujian riuh serta tepuk tangan dahsyat ketika ia telah selesai memainkan jari lentiknya di atas tus piano. Bakat inilah yang membuat orang tuanya –terutama mama- bangga kepadanya.
                Sedangkan william ...
                Pemuda itu memarkirkan sedan putihnya di parkiran rumah sakit. Telah banyak mobil-mobil hingga kendaraan beroda dua yang berjejer rapi. Begitupun dengan mobil sport hitam milik Sidik. Teman kuliahnya yang saat ini sedang melaksanakan praktek bersamanya.
                “Mobilnya ada, Orangnya mana ya?”
                Sedetik setelah ia bergumam, Sidik berteriak keras-keras. Refleks william menoleh. Sidik melambaikan tangan di koridor. Shiiit... dengan gerakan cepat william telah sampai di sampignya dalam hitungan detik.
                “Heiii udah lama? Tumben gak telat.” Celetuk william.
                “Enak aja. Emang sejak kapan seorang DR. Sidik Edward datang telat?” sidik melengos. William pun tertawa. Tangannya tak tahan untuk menimpuk kepala sahabat konyolnya itu. “Caldok kaliii ...” cetusnya.
                “Apaan tuh?”
                “Calon Dokter. Haha...”
                Sambil tertawa ria, keduanya berjalan memasuki area rumah sakit, di depan resepsionis, Sidik mulai bersuara.
                “Eh.. loe tahu gak, Wil. ...”
                “Gak tahu, Dik.” Potong William.
                “Belum kali. Main potong-potong omongan orang aja.” Tukas sidik kesal.
                William tersenyum geli. “Emang apaan?”
                “pembimbing kita selama disini siapa?”
                “DR. Wibowo kan?”
                “nah iya, orangnya gimana?’
                “hmmm... udah tua, botak, kaa matanya tebel, trus mukanya killer gitu. Pokoknya serem deh. Hiii..”
                Sidik terkekeh. Melihat raut wajah william ia jadi teringat akan pertama kalinya mereka diserahkan dosen mereka untuk pratek disini. Dari ujung rambut sampai ujung kaki semua dinilai. Apalagi william, mahasiswa yang terkenal urakan itu seketika mendpaat semprotan ludah karena berani melawan ucapannya. Hmm... dan ternyata bukan hanya itu, acap kali mereka memeriksa konsisi pasien, mata tuanya yang tertutup kacamata tebal itu mengintai tajam bahkan tak segan-segan untuk memarahi masasiswa dongo itu habis-habisan ketika membuat kesalahan. Memang sejak saat itu, keduanya tak suka dengan Dr. Botak, begitu william menyebutnya.
                Dan untuk keceriaan Sidik pagi ini. Kalian tahu mengapa? Ternyata sidik mendengar rumor bahwa dokter wibowo di pindah tugaskan keluar kota. Begitu sidik mencertiakannya, william terperanjat hebat.
                “Serius loe?”
                “Ya iyalah Man. Ngapain juga gue bohong. Dan asal loe tahu, dia udah pindah keluar kota tadi malem. Jadi mulai hari ini kita gak perlu berhadapan dnegan si Botak itu, haha”
                Keduanya tertawa.
                “Ohya, trus pembimbing kita siapa yang ganti?” celetuk william. Kali ini ia pasang siaga. “Jangan bilang mukanya lebih killer dari si Bitak itu.” Ujarnya serius.
                “Eitsss... jangan salah. Justru ini tuh rezeki kita.”
                “Maksudnya?”
                “Pembimbing kita yang baru itu cewek, masih fresh, muda, baru lulus tahun kemarin. Dia juga pindahan dari cabang rumah sakit ini yang ada di luar kota.”
                “Canti gak? Kalo cantik kan bisa kita kecengin. Hahahah ...”
                Gelak tawa itu tenyata tak bertahan lama. Keduanya sama-sama terkesiap mendengar suara deheman pelan dari belakang. Perasaan mereka pun berubah drastis. Ada aroma berbeda dari suara itu. Siapa dia? Apa mungkin hantu yang marah karena mereka tertawa pagi-pagi?
                William menyenggol lengan sidik. Memberi isyarat bahwa mereka harus berbalik bersama-sama. Satu... dua... tiga.... ciaaaat ... bukan. Ternyata bukan hantu. Namun seorang bidadari yang mampu membuat keduanya melongo. Gadis itu... cantik sekali. Komentar mereka dalam hati. Dua bola mata yang bersinar, hidung yang mancung, dan lesung pipi sedalan smur tak urng membuat wanita itu tampak sangat anggun.
                “Kalian mahasiswa yang magang disini kan?” tanya gadis itu. Matanya tetap menyorotkan kehangatan. Dan tak disnagka, kedua manusia didepannya hanya mengangguk kikuk.
                “Oke... untuk hari ini dan satu bulan kedepan, kalian berada dalam pengawasan saya. So, lakukan tugas kalian dengan baik agar bisa mengangkat nilai kalian. Oh ya, siapa yang bernama William?”
                Pertanyaan itu membuat wiliam terkesiam. Ia mengangkat tangannya pelan.
                “Oh kamu.” Lanjut gadis itu. “Saya sarankan kamu jangan main-main dengan magang kamu kali ini. Karena kalau kamu main-main, bisa saja kamu datang ke sini untuk yang ketiga kalinya.”
                Sidik terkekeh, namun di depan pembimbing barunya ia tahan tawa itu sekkuat tenaga, namun sayang, gadis itu sangat cekatan. Ia mendengar tawa tertahan itu.
                “Dan kamu yang tertawa, kalau kamu juga main-main, nasib kamu juga akan sama seperti teman kamu.”
                Gantian william yang terkekh.
                “Oh ya, nama saya Nasya.” Gadis cantik itu melanggang pergi. William dan sidik menerawang punggung nasya dengan rambut ikal brgelantungan itu hingga ia berbelok masuk ke dalam ruangan.
                “Gila... cantik cantik jutek amat.” Celetuk sidik. Kali ini ia bisa tertawa puas.
                “Belagu banget tuh..” timpal william ketus.
                “Dia tahu aja kalo loe bakal kesini untuk yangketiga kalinya. Haha...”
                “Ketawa loe!!! Gue bakal buktiin kalo gue bisa lulus tahun ini. Inget itu!!!” gantian william yang melenggang pergi, meninggalkan sidik yang makin mengeraskan tawanya.





Jumat, 18 Juli 2014

Arti Fans yang sebenarnya :)

sebelumnya saya mau menyapa kalain semua dahulu.. hai... :)
kalian pasti tahu apa itu FANS.. tapi mungkin ada beberapa yang belum tahu apa itu arti yang sebenarnya. dalam kehidupan saya sehari-hari saya sering menemui para fans yang sok sokan mengatur idolanya, entah itu hal pasangan lawan main di sinetron, bahkan hal privasinya. dalam dunia perfilman, fans yang seperti itu sangat tidak menguntunkan bagi para artisnya, alasannya, artis yang mempunyai fans militan seperti itu bisa saja merugikan production house ataupun channelnya jika ada lawan main yang tidak sesuai dengan keinginan para fans, mereka rame-rame mention di twitter, menjebolkan wall twitter yang bersangkutan dengan sang artis. itu sangat tidak mengenakkan.
lalu lebih parahnya, jika ada yang tak setuju dengan pasangan real si artis karena dalam dunia maya si artis punya couple yang fenomenal dengan jutaan fans. hal yg sama pun dilakukan, merka membully si ewek yang katanya tidak cocok, bhkan mengatainya dengan hal-hal yang kasar. itu adalah hal yang memalukan.
sekian postingan saya, jika ada yang tidak berkenan, saya minta maaf :)